Senin, 16 Mei 2011

Noda Hitam di Gubuk Ilmu



Tak pernah kubayangkan sebelumnya, tak pernah kuimpikan semua terjadi. Hembusan angin yang menyejukkan seluruh isi tubuh ini, pandangan mata yang memancar pada setiap keindahan istana belajarku ini. Semua telah ternoda oleh noda hitam yang diteteskan oleh burung-burung kecil berseragam rapi.

Aku berjalan ditemani CB tuaku menuju istana belajarku. Terlihat burung-burung berseragam putih abu-abu bergerombol memasuki gubuk ilmu itu.

“ Hei, apa jadi ulangan?”

“Ulangan apa?”

“Ulangan matematika.”

Sekilas terdengar beberapa siswa bertanya-tanya tentang pelajarannya. Aku sudah hampir tiba di kelasku. Seperti biasa sampah-sampah berserakan di lantai tua itu menyambut kedatanganku. Pahlawan kami pun datang membawa seabrek kertas untuk mentransfer ilmunya. Semua berjalan seperti biasa, beliau mengabsen dengan tinta hitam yang di kantonginya.

“Jupaedah?”

Ada pak.”

“Briantama?”

“Ekke.”

Semua masih berjalan seperti ketika aku pertama di kelas ini. Akhirnya, kejanggalan p[un terjadi saat temanku yang tak ada kabarnya meninggalkan kelas ini.

“Dimana dia, kok nggak pernah masuk?”, bisik salah satu temanku.

“Tau ah.”

“jangan-jangan?”

“Jangan-jangan apa?, nggak usah mikir negatif.”

Semua teman membicarakan salah satu burung putih abu-abu yang yang lepas dari sangkarnya itu.

Penasehat sekolah pun datang ikut menanyakan burung yang lepas itu.

“Apakah dia nggak masuk lagi?”

“Tidak pak?”

“ada yang tau kenapa dia?”

“Sakit pak, katanya.”, saut beberapa siswa dari istanaku.

“Sakit panu pak, hahahahahahahaha.”, semua siswa masih ketawa tak tau apa yang akan terjadi.

Tiaba-tiba terdengar bisikan dari temanku yang katanya berdekatan dengan rumah burung itu.

“Hei, katanya dia mutah lo.”

“Ha, mutah-mutah. Jangan-jangan tekdung tralala.”

“Hus, ngaco kamu. Dia kan teman kita juga.”

Pikiranku ikut membantah akan kejanggalan-kejanggalan itu. Dalam hatiku berkata, Apa benar dia begitu dari tanda-tandanya memang nampak.Tapi…..tau ah.” Kurasa teman-temanku semua juga mikir gitu. Kalu memang ya, ini akan menjadi noda di sangkar ilmuku ini.

Perasaanku, pikiranku, hatiku, seluruh organ yang bekerja pada tubuhku kwatir akan kejadian itu seperti tanda tanya besar yang menempel pada setiap penghuni sangkar ini. Ternyata semua itu terjawab juga. Entah angin darimana yang membawa kabar bahwa burung yang lepas itu ternyata bersembunyi d balik noda hitam yang dibuatnya bersama pasangan semunya.

Sangkar ilmu yang tadinya putih bersih bagaikan kapas yang baru keluar dari penjaranya, sekarang diselubungi noda hitam yang seharusnya tak dibuat oleh burung itu.

Burung itu sekarang melepaskan seragam putih abu-abunya berganti dengan mahkota semu sang putri yang akan membawa derita bagi dirinya. Belum pantas burung sekecil itu memakai mahkota itu, dan tak seharusnya burung-burung lain melepas seragam ini. Kita masih banyak harapan, banyak waktu untuk mengejar mahkota yang pantas untuk kita. Bukan mahkota semu yang akan menghancurkan masa depan kita.

Writed By Andar

Jendral CB Bersenjata Pena


Mentari pagi menerobos melalui pori-pori rumahku, membangunkanku dari perjalanan semuku, seperti halnya mimpi-mimpi semuku yang selalu aku banggakan dan yang tak pernah mampu menerobos penjara hatiku.

Memang serasa hampa hidup yang hatinya terpenjara, tak mampu ungkapkan apa yang seharusnya menjadi hak makhluk ciptaan-Nya yang paling mulia. Mungkin aku memang tak pantas menjadi jendral cinta yang gagah berani mengungkap rasa.

Jarum-jarum kecil selalu bergerak, berputar menunjukkan bahwa bumi terus berputar. Hampir tiga kali aku mengganti kalender, tapi sampai detik ini pun aku tetap menjadi harimau cinta yang terpenjara. Tak mampu menerobos jeruji-jeruji berduri yang mungkin tak berarti.

Aku paham, aku mengerti, aku tahu tak lama lagi burung kecil penghibur harimau akan terbang tinggi tinggalkanku. CB tuaku pun tak akan pernah mampu mengejar jejaknya. Mungkin burung itu pun tak pernah tahu atau mungkin tak mau tahu jikalau dia dikejar harimau bersama CB tuanya.

“ Aan, cepat bangun!

“ Hemmmm “, aku terbangun serentak.

“ Haaaaa, aku pasti telat ni. “, teriakku berbarengan dengan musnahnya bayangan yang selalu mendampingi pikiranku selama tiga tahun ini.

Aku pun berjalan kembali melalui hidup ini dengan ditemani CB tuaku yang tak mungkin menjadi CBR dan yang tak mungkin mengejar burung kecil impianku. Aku memang jendral lemah yang hanya bersenjata pena atau mungkin aku hanya pekerja romusa yang tak punya daya untuk mengungkap rasa.

CB Dekil Pengantar Bidadari Kecil

Roda pesawatku trus berjalan selaknya planet-planet yang selalu beredar mengelilingi sang pencerah. Walaupun umurnya jauh lebih tua dari aku namun, setiap putaran rodanya sangat berarti bagi hidupku. Mungkin dengan berputarnya roda-roda pesawat tuaku itu sudah cukup bagiku. Tak pernah ada dalam butiran angan-anganku maupun pundi-pundi dalam mimpiku, Pesawat tua yang kusam, hitam kelam, dekil, ternyata mampu mengantar bidadari kecil yang selalu melekat dalam setiap aliran darah ini.

Suara gemuruh lubang hitam dalam setiap tekanan sekher yang terpasang rapi dalam susunan pesawat-pesawat modern yang ditunggangi oleh harimau-harimau berseragam yang menganggap dirinya berkuasa membuatku bosan dan mengalihkan pikirannku ke pesawat tuaku. Tanpa sadar aku sudah melupakan waktu yang seharusnya dapat menuntunku ke gubukku. Dalam kesunyian selama ini yang menjauhkanku dari harimau-harimau cantik, ku tak pernah lagi mendengar suara nyaring dari hp tuaku. Mungkin ini yang terbaik yang perlu ku lakukan saat ini. Namun tak pernah kusangka, setelah kubuka new message dalam layar lcd terpampang jelas nama bidadari kecil yang selama ini ku impikan yang menanyakan CB tuaku itu. Apakah mungkin ini kesalahan operator mengirim pesan atau mungkin bidadari tu lagi error. Entahlah, yang penting bidadari itu telah melihatku yang mungkin sebelumnya transparan dalam pikirannya.

“ Terima kasih Siroooooooo.”, spontan kuucapkan terima kasih pada Cb tuaku yang selalu diam saat ku ajak bicara.

Pantas memang jika Siro mendapat penghargaan yang lebih dariku. Bidadari yang selama ini merasuki mimpi-mimpiku selayaknya siluman mimpi yang dapat mengatur indahnya mimpiku bersamanya. Kata-katanya yang merasuki inboxku pun dapat menciptakan kulkas dalam hati ini, menciptakan pelumas dalam pembuluh darahku. Tak jarang juga mulut ini tersenyum, tertawa membaca lelucon-lelucon kecil dalam pesan singkatnya. Mungkin semua organ dalam tubuh ini telah gila memikirkannya. Namun, tak masalah bagiku mengorbankan memory otakku penuh hanya untuk menampung kenangan indah tentangnya.

“ Aaaaaaaan, ngapain kamu di kamar trus?, cepat bangun !!”, omelan kakakku yang menggelegar bagai singa.

Itu pun hanya mampu menghancurkan 1.10-99999999999 dari khayalanku dan tak mampu memusnahkan seluruh memory yang telah terpasang kuat dalam otakku. Aku juga tak tahu mengapa bayangannya begitu kuat mengikat hati ini. Apa aku salah kalau memang ini yang sesungguhnya terjadi pada hidup ini? Entahlah, walaupun aku dan dia tak sedekat perangko dengan amplopnya namun, setidaknya ini dapat membuat perjalanan hidup ini berubah indah dengan balutan rasa sakit yang mungkin tak berarti.



Senin, 31 Januari 2011

Mimpi Seorang Anak CB

Aku berbaring dalam keranjang sambil mendengarkan sudah cukup salah satu lagu dari REPVBLIK yang selalu kudengar setiap saat. Dan setiap aku mendengar lagu itu aku langsung ingat pada seseorang yang selalu aku impikan, dia adalah seorang gadis yang selalu menghantuiku.

“ckckck”, aku selalu teringat dia saat kudengar lagu itu. Dia selalu ada dalam setiap hembusan nafasku.

“huh”, desahku yang tak dapat diartikan dengan kata-kata.

Mengapa aku selalu kepikiran dia?” aku sangat bingung dengan ungkapan hati kecilku yang selalu membrontak saat kucoba lupakan dia.

Dalam keadaan lemah tak berdaya setelah menghadapi ujian dadakan oleh guru matematikaku, aku masih ingat saat pertama kulihat dia di depan teras kelasku.

“Siapa tu den, kok tinggi banget?”, tanyaku pada Deni teman SMA-ku.

“Mana, tower tu ta?”

“Bukan, gadis tu loch.”

“Oh itu, kayak gitu kamu kagum melihatnya.”, Deni menjawab dengan jawaban yang bertolak belakang dengan apa kata hatiku.

Setelah aku melihatnya, pikiranku tak dapat melepaskan bayangnya.

“hah, mengapa aku selalu mikirin dia.”, batinku sambil melihat gadis itu berjalan menjauh dariku.

Aku selalu berusaha menghentikan partikel-partikel cinta dalam pikiranku masuk dalam rongga hatiku. Harusnya aku sadar bahwa aku hanya anak CB yang tak mungkin dihampiri seorang gadis manis, pendiam, modif seperti dia. Aku harus menghentikan semua mimpi semu ini.

Aku merasa bingung memikirkan semua tentang dia. Siang itu pun aku langsung pulang menuju parkir sekolahku yang dipenuhi dengan motor-motor bagus. Hanya satu yang kulihat sepeda butut, kusam, kotor yaitu CB, motor tuaku yang selalu setia menemaniku kemana ku pergi.

“Hey ndar, gimana hpnya sudah jadi?”, Tanya Ibnu seorang temanku yang menanyakan hpnya yang kemarin kubetulin.

“Maaf ib, belum bisa jadi sekarang, komputerku lagi eror.”

“Lha kapan ndar?”

“Besuk InsyaAllah jadi.”, jawabku sambil mengeluh dalam batin karena banyaknya kerjaan yang harus kuselesaikan. Belum lagi minggu ini aku harus motret pernikahan di desaku.

Namun, keluh kesah ku itu terhenti hilang ditelan bumi ketika kulihat gadis itu turun menuju parkiran, mataku tak dapat berkedip, jantungku rasanya berhenti bekerja, darah dalam pembuluh darah, oksigen yang masuk rasanya semua berhenti setelah aku melihat gadis itu.

“Ndar,,,ndar,, ndar,, Aaaaaaaandar!”

“Ha!”, jawabku spontan.

“Kenapa kamu tu, kaya kesambet setan parkiran saja.”, ejek temanku saat ku bengong melihat gadis itu.

“Ini bukan setan parkiran, ini bidadari parkiran sob.”

“Mana ta ndar.”

“Itu sob, yang baru turun itu.”

“Oalah, itu sih ce-nya temen kita, temen kita yang baru pindah kesini itu, kelas 3 ipa.”

Hati dalam tubuhku yang sebelumnya mekar tiba-tiba layu, susunan partikel-partikel cinta dalam hati untuk gadis itu pun hancur berantakan setelah mendengar kata-kata dari temanku.

Sebenarnya ini tak perlu aku rasakan dan tak perlu aku bermimpi memiliki ataupun memikirkannya. Dia hanyalah mimpi semu dalam hidupku. Aku sadar, aku tak mungkin merubah Cb menjadi CBR.

“Dan tak pernah aku sesali cintaku untukmu, karna bagiku tlah MIMPIkanmu sudah cukup untukku.”, nyanyianku terakhir yang keluar dari mulutku sambil kuteteskan benih air mataku yang menetes pada tangki CBku.

Mungkin itu yang paling pas untuk mengungkapkan semua mimpiku. Aku akan bangkit kembali dengan bayangan semu dia yang selalu mengiringi setiap helai nafasku.

Writed By Andar