Senin, 16 Mei 2011

Jendral CB Bersenjata Pena


Mentari pagi menerobos melalui pori-pori rumahku, membangunkanku dari perjalanan semuku, seperti halnya mimpi-mimpi semuku yang selalu aku banggakan dan yang tak pernah mampu menerobos penjara hatiku.

Memang serasa hampa hidup yang hatinya terpenjara, tak mampu ungkapkan apa yang seharusnya menjadi hak makhluk ciptaan-Nya yang paling mulia. Mungkin aku memang tak pantas menjadi jendral cinta yang gagah berani mengungkap rasa.

Jarum-jarum kecil selalu bergerak, berputar menunjukkan bahwa bumi terus berputar. Hampir tiga kali aku mengganti kalender, tapi sampai detik ini pun aku tetap menjadi harimau cinta yang terpenjara. Tak mampu menerobos jeruji-jeruji berduri yang mungkin tak berarti.

Aku paham, aku mengerti, aku tahu tak lama lagi burung kecil penghibur harimau akan terbang tinggi tinggalkanku. CB tuaku pun tak akan pernah mampu mengejar jejaknya. Mungkin burung itu pun tak pernah tahu atau mungkin tak mau tahu jikalau dia dikejar harimau bersama CB tuanya.

“ Aan, cepat bangun!

“ Hemmmm “, aku terbangun serentak.

“ Haaaaa, aku pasti telat ni. “, teriakku berbarengan dengan musnahnya bayangan yang selalu mendampingi pikiranku selama tiga tahun ini.

Aku pun berjalan kembali melalui hidup ini dengan ditemani CB tuaku yang tak mungkin menjadi CBR dan yang tak mungkin mengejar burung kecil impianku. Aku memang jendral lemah yang hanya bersenjata pena atau mungkin aku hanya pekerja romusa yang tak punya daya untuk mengungkap rasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar